Senin, 15 November 2010

Maqamat Dalam Tasawuf dan Perannya Dalam Aktivitas Bisnis


Oleh: Indah Nur Amalia (07510062)

Maqamat adalah sebuah ajaran tasawuf yang tidak lengkap membicarakan tasawuf tanpa membicarakan maqamat. Selama ini maqamat selalu dipahami secara tradisional, yaitu pandangan bahwa maqamat tersebut sekedar tahapan-tahapan sufistik. Padahal sebagai bagian dari ajaran tasawuf yang universal, semestinya maqamat dapat dilihat dari berbagai aspek dan sudut pandang selama itu berkaitan dengan upaya perbaikan martabat manusia.
Maqamat, bentuk jamak dari maqam berarti tahapan, tingkatan, atau kedudukan. Jadi, maqamat adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan ahwal, bentuk jamak dari hal, adalah keadaan mental yang dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang datang dari Allah SWT. Maqam merupakan usaha, sedangkan hal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan hal karena berubah-ubah dan dinamakan maqam karena telah tetap. Kajian terhadap pendidikan karakter dalam tasawuf menunjukkan bahwa spiritualitas merupakan keniscayaan dalam pendidikan karakter. Islam sebagai agama yang sarat dengan nilai-nilai spiritualitas memiliki jejak pendidikan karakter yang jelas dan sistematis. Dan itu diwakili oleh tasawuf. Pengabaian terhadap pendidikan karakter dalam dunia pendidikan Islam sekarang ini dikarenakan pengabaian tasawuf sebagai khazanah ajaran Islam. Hal itu terjadi karena pandangan yang menganggap tasawuf sebagai ajaran yang elitis dan sakral yang tidak mungkin dibawa ke dunia Pendidikan atau aspek kehidupan yang lain.
Upaya pendidikan karakter tiada lain adalah dengan mengadopsi dan mereduplikasi pola pendidikan tasawuf dalam sistem bisnis di berbagai sektor usaha sesuai dengan tuntutan zaman. Model pendidikan karakter dari hasil kajian ini adalah melalui metode Ta’alluq (relationship), Tahaqquq (realization) dan Takhalluq (adoption) yang dibingkai dalam tangga maqamat sebagai proses penyucian diri dan stabilisasi emosi atau dewasa ini populer dengan sebutan Zero Mind Process.
Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter yang ditempuh melalui Ta’alluq (relationship), Tahaqquq (realization), dan Takhalluq (adoption), maqamat dapat diposisikan sebagai pencetus sekaligus penjaga karakter yang telah terbentuk melalui tiga tahapan tersebut. Pengadopsian sifat-sifat Allah tidak akan bisa dilakukan tanpa kebeningan hati dan emosi yang terkontrol. Hal ini memerlukan sebuah upaya menjaga kondisi hati dan pikiran agar tetap fokus kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan Zero Mind Process. Maqamat dengan segala perbedaan rumusan dari para ahli sufi, sejatinya adalah langkah-langkah sistematis dalam Zero Mind Process. Dan pendidikan karakter seperti inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan dalam aktivitas Bisnis. Karena dengan memiliki pendidikan karakter yang baik maka aktivitas bisnis yang sedang dijalani akan selalu berorientasi pada kebaikan dan kebenaran. Dalam dunia bisnis yang penuh dengan persaingan, diperlukan pribadi yang baik. Seperti yang dikatakan oleh da`i kondang Aa Gym dalam acara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Bali. Beliau menyatakan bahwa yang terpenting dalam pribadi pebisnis adalah Kredibilitas. Yang berarti pendidikan karakter yang baik. Sama halnya dengan proses maqamat dalam tasawuf, seorang pebisnis sebelum menjalankan usahanya perlu membersihkan niat untuk memulai usahanya. Sehingga saat membangun usaha dari nol, dan mengalami masa-masa tersulit, ia mampu bertahan sekalipun jatuh-bangun selama proses membangun usaha, ia tetap bisa kuat dan bertahan.
Menjaga kondisi hati dan pikiran agar tetap fokus kepada Allah, sehingga mampu menghindari melakukan hal-hal seperti penipuan konsumen dalam penjualan produk atau jasa, dan benar-benar adil dalam kegiatan bisnis, Pembersihan hati dan stabilisasi emosi dengan Zero Mind Process ini dikarenakan hati selalu rawan terkontaminasi oleh berbagai noda. Noda-noda ini lah yang akan menjadi penghalang proses adopsi sifat-sifat mulai Allah. Dengan meminjam sistematika maqamat yang dirumuskan oleh Abu Nasr al-Sarraj yang meliputi taubat, wara’, zuhud, faqr, sabar, tawakkal dan ridla, proses dapat dipahami sebagai upaya membersihkan diri (takhliyyah). Taubat membersihkan diri dari perilaku nista yang merugikan diri dan orang lain. Taubat sekaligus menjadi komitmen pelurusan misi hidup seseorang untuk hanya mengorientasikan hidup kepada Allah. Wara’ membersihkan diri dari sikap hidup yang ceroboh dan gegabah yang tidak peduli dengan aturan Allah. Zuhud membersihkan diri dari sikap tamak, rakus dan menggantungkan diri kepada orang lain. Faqr membersihkan diri dari sikap materialitis dan hedonis. Sabar membersihkan diri dari amarah dalam menghadapi kesulitan. Tawakal membersihkan diri dari sikap pesimis. Dan ridla membersihkan diri sikap putus asa.[22] Demikianlah maqamat sebagai proses penjernihan emosi yang akan mengawal langkah relationship, realization dan adoption dalam proses pembentukan karakter.