Senin, 15 November 2010

Pengantar Menuju Pemahaman Komunikasi- KOMBIS

Pengantar Menuju Pemahaman Komunikasi
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer[1].
Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika ditemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina. mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.
Aktifitas komuniksi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman Isa Almasih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa dianggap bahaya oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa dan menghukum Isa Al Masih. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya (berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29). Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budhah yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang mengajarkan ajarannya di India. Juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. (Thre Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).
Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah. Karena pada waktu ekspansi, Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi dari pada kebudayaan Eropah (Brower, 1982;41). Universitas Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo menyimpan dan memberikan warisan ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga Eropah menerima warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu mempelajarinya. Karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Sekitar abad ke-14 pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu Jamal Al-Din.
Penjelasan sejarah di atas sudah cukup membuktikan bahwa sebenarnya sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di zaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika.
Komunikasi yang merupakan keterkaitan antara individu-individu dengan organisasi, mempunyai peran penting bagi berjalannya fungsi-fungsi dalam suatu organisasi. Kegiatan organisasional yang ada dalam suatu organisasi mencakup penentuan tujuan, pengambilan keputusan, pengukuran hasil kerja, pengembangan staf, keterkaitan dengan konsumen, bernegosiasi dengan pemasok, menghasilkan produk, dan berinteraksi dengan peraturan yang ada. Untuk melakukan komunikasi secara efektif, perlu ada pemilihan pola komunikasi, apakah menggunakan saluran komunikasi formal atau informal. Saluran komunikasi formal meliputi empat bentuk komunikasi. Yaitu komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horisontal/ lateral, dan komunikasi diagonal. Bila komunikasi formal, saluran komunikasi didasarkan pada posisi kedudukan atau jabatan yang telah di atur sesuai dengan jenjang hierarkinya, dalam komunikasi informal saluran informasi tidak lagi didasarkan pada jenjang hirarkiny[2]. Hal ini membuat saluran komunikasi nonverbal lebih leluasa.
Bentuk dasar komunikasi ada 2:
§  Komunikasi Verbal, merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan dan lisan, menelepon orang tua, berbincang atau mengobrol dengan teman atau pacar, membacakan puisi di depan kelas. Dll.
§  Komunikasi Nonverbal, menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, atau lebih dikenal dengan bahasa Isyarat sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi nonverbal meliputi, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, pakaian seragam, warna, intonasi suara2.
Proses komunikasi atau tahapan komunikasi juga mempunyai persamaan dengan bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, ada hal-hal yang berlawanan (kontradiktif) , dan hal-hal yang sejalan (selaras, serasi) serta meliputi proses menulis, mendengarkan, dan mempertukarkan informasi. Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thill proses komunikasi dapat dibagi menjadi 5 tahap[3], yaitu:
1)      Pengirim mempunyai ide atau gagasan
2)      Ide diubah menjadi suatu pesan
3)      Pemindahan pesan
4)      Penerima menerima pesan
5)      Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim
Dan kesalahpahaman dalam komunikasi disebabkan:
o   Masalah dalam pengembangan pesan, seperti munculnya keragua-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau dengan orang yg akan menerima. Adanya pertentangan emosi, atau kesulitan dalam mengekspresikan perasaan.
o   Masalah dalam penyampaian pesan, adalah penyampaian secara fisik.
o   Masalah dalam menerima pesan, antara lain adanya persainagn antara penglihatan dengan suara, kursi yg tidak nyaman, lampu yg kurang terang dll.
o   Masalah dalam menafsirkan pesan, perbedaan latar belakang , perbendaharaan bahasa, dan pernyataan emosional[4].
Sedangkan cara-cara memperbaiki komunikasi adalah:
1)      Persepsi
2)      Ketepatan
3)      Kredibilitas
4)      Pengendalian
5)      Kecocokan/ Keserasian
Karakteristik Komunikasi yang Baik
Suatu komunikasi akan dikatakan baik, apabila komunikasi tersebut memenuhi syarat-syarat antara lain:
§  Mudah dimengerti
§  Lengkap
§  Perlu saling percaya
§  Tepat waktu
§  Hindarkan kata-kata yang kurang enak
§  Persuasi dalam komunikasi
Sedangkan tujuan komunikasi dikemukakan oleh Wijaya (1986:8) antara lain:
o   Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti
o   Sebagai pimpinan agar mengetahui aspirasi masyarakat tentang apa yang mereka inginkan
o   Komunikasi menggunakan gambar
Syarat Komunikasi Yang Efektif
Menurut Terry (1970: 308) mengatakan syarat komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut:
o   Usahakan agar kita sendiri mencapai keterangan yang lengkap
o   Usahakan agar terdapat adanya kepercayaan pada kedua belah pihak
o   Usahakan untuk mencapai dasar pengalaman yang sama
o   Gunakan kata-kata yang dikenal masing-masing pihak
o   Usahakan agar perhatian pihak yang menerima instruksi yang ada
o   Perhatikan hubungan-hubungannya
o   Gunakan contoh-contoh dan alat-alat visual


[1] http/www.anggunannisa.blogspot.com
[2] Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis:1997, Erlangga, Surakarta.. hal 2
[3] Ibid: hal 9
[4] Ibid: hal 11